Tuesday, April 10, 2012

Video : Hutan Aokigahara Tempat Favorit Bunuh Diri Orang Jepang

Video : Hutan Aokigahara Tempat Favorit Bunuh Diri Orang Jepang

Selama bertahun-tahun Huta Aokigahara dikenal sebagai tempat favorite bagi orang-orang depresi yang telah kehilangan semangat hidupnya untuk mengakhiri hidupnya sendiri.

Entah dari mana Fenomena itu berawal, diduga setelah sebuah novel lokal mengkisahkan tentang seorang anak manusia yang mengakhiri hidupnya di hutan itu.

Jika kita menyambangi hutan itu, maka dipintu masuk hutan, kita dapat melihat beberapa buah mobil, yang nampak sudah ditinggalkan oleh pemiliknya selama bertahun-tahun.

Menurut Azusa Hayano, seorang geologis, yang kerap kali keluar masuk hutan itu untuk melakukan penelitian selama kurang lebih dari 30 tahun, mobil-mobil itu milik mereka yang masuk ke dalam hutan Aokigahara, dan tidak kembali.

"Saya kira mereka pergi ke dalam hutan dengan pikiran penuh dengan masalah," ujarnya seperti dikutip Dailymail, Selasa (10/4/2012).

Hutan Aokigahara, sebenarnya merupakan sebuah lokasi wisata lokal, yang menjual keindahan pemandangan alam. Dahulu kala hutan ini dinamai Jokai oleh penduduk lokal. Bila berjalan masuk ke dalam kerimbunan hutan Aokigahara, maka kita bisa menyusuri jalan setapak yang dibangun untuk para wisatawan.

Tetapi ada satu jalur, yang dilarang dimasuki oleh pengunjung, dan jalur itu merupakan jalur kematian bagi mereka yang putus asa dalam hidupnya.

Menyusuri jalur itu, kita dapat menemukan jejak-jejak adanya kehidupan manusia di sana, seperti tenda lusuh minuman kaleng, dan makanan kemasan. Namun kita tidak akan menemukan tanda-tanda kehidupan manusia di sana.

Semakin dalam kita masuk ke dalam hutan, maka kita akan dikejutkan, dengan banyaknya tali-tali yang menjulur dari atas poho. Menurut Azusa tali itu merupakan tanda ada seseorang yang bunuh diri di sana.

"Saya tidak mengerti mengapa tempat seindah ini dipakai untuk orang bunuh diri," ujar pria berusia paruh baya itu.

Kakek yang juga merupakan anggota Satuan Tugas Pencegahan Bunuh Diri Jepang itu, mengaku selama 20 tahun ia berpatroli di dalam hutan, ia menemukan sedikitnya 100 mayat.

Kebanyakan dari mereka tewas dengan menggantung dirinya sendiri. Beberapa dari mereka ditemukan Azusa dalam keadaan masih utuh, tetapi beberapa dari mereka ditemukan sudah dalam keadaan mulai membusuk, bahkan adapula yang ditemukan sudah dalam keadaan tinggal tulang belulang.

Pemerintah Jepang, menurutnya sudah berupaya untuk menyadarkan mereka yang ingin bunuh diri di dalam hutan yang dulunya disebut sebagai Lautan Hutan itu, atau Jukai dalam bahasa Jepang, dengan meninggalkan papan peringatan di pintu masuk hutan.

Peringatan itu memperingatkan mereka yang telah menetapkan hati untuk mengakhiri hidupnya untuk mengubah pendiriannya, dan diminta untuk mengingat sanak saudara, dan orang-orang yang dicintainya.

Fenomena bunuh diri di Jepang, menurutnya merupakan bagian dari tradisi, yang makanya sudah bergeser dewasa ini. "Itu pernah dilesatikan dalam budaya para samurai, untuk menjaga kehormatan mereka, tetapi pada hari ini, banyak yang bunuh diri karena terisolasi di dalam dunia modern," katanya.

"Hari ini kita hidup dalam dunia online sepanjang hari, seharusnya kita masih perlu bertemu satu sama lain, melihat wajah masing-masing, membaca ekspresi muka mereka, mendengar suara mereka, sehingga kita dapat sepenuhnya memahami emosi mereka, untuk hidup berdampingan," tambahnya.





0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More